Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Kegagalan

Tidak selamanya kegagalan adalah sesuatu yang buruk. Tidak selamanya kegagalan adalah sesuatu yang harus disesali. Justru dari sanalah kita mampu belajar. Baik buruknya sebuah kegagalan tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Toh kita tidak harus selalu menang dalam berjuang, kan? Kita telah berproses. Kamu telah berproses. Kamu telah memberikan yang terbaik. Jangan menyalahkan diri sendiri atas sebuah kegagalan. Yang harus kita tahu pasti, rencana Allah selalu yang terbaik. Seluar biasa apapun rencana manusia, tetap rencana-Nya yang paling hebat. Bersyukurlah. Barangkali kegagalan ini adalah cara Tuhan menyelamatkan kita dari perkara yang mungkin akan membahayakan kita. Menjadi orang hebat perlu proses. Kita perlu gagal, lalu bangkit. Kita perlu kecewa, lalu mengikhlaskan. Kita perlu itu semua agar menjadi pribadi yang lebih kuat. Lebih lagi, yang harus selalu kita ingat: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) k...

Rapuh dan Jatuh

Pantai Siung, Juli 2018. Ada kalanya yang dipendam perlu disuarakan. Diam kadang malah menjadi sebuah bumerang. Kau bilang, kau ingin didengar. Sayang, seharusnya kau juga tahu, semua manusia ingin didengar. Seharusnya kau tahu, kau sudah terlibat dalam sebuah perjalanan panjang. Bukan saja masalah dirimu lagi, ini masalah kamu dan mereka. Bukan saja pentingkan egomu sendiri, ini butuh kesadaran bersama.  Yang perlu kau tahu, tidak semua hal yang ada di dunia ini harus berjalan sesuai kemauanmu. Ada kalanya kamu harus mendengar dan menerima. Ada kalanya kamu harus mengikhlaskan dan memaafkan.  Sebab, menjadi baik saja ternyata tidak cukup. Hatimu juga harus lapang. Menjadi baik saja tidak cukup untuk membuatmu mampu menghadapi dunia dengan milyaran manusia dengan sikapnya masing-masing. Ada kalanya kamu harus patah, mencari sandaran, lalu bangkit perlahan. Ada kalanya kamu harus kecewa, teramat kecewa hingga akhirnya air mata yang bersuara.  Sayang, h...

Bagaimana Jika Kamu Tahu

Aku selalu memikirkannya. Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada yang diam-diam melangitkan namamu di sepertiga malam. Tanpa terlewat. Ia yang memohonkan segala kebaikan untukmu dan mendoakanmu agar kamu senantiasa mencintai Dia melebihi segalanya. Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada yang diam-diam menaruh rasa kepadamu. Mencuri kabarmu dari banyak hal yang sekiranya ia tahu. Lalu hanya bisa diam dan kembali memohon pada Rabb-nya. Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada perempuan yang selalu menjadikanmu tokoh utama dalam setiap tulisannya. Menjadikanmu nyawa di setiap puisinya. Menjadikanmu warna di setiap gores kanvasnya. Akankah kamu akan bahagia, atau kamu akan merasa terusik karena ia diam-diam mencampuri kehidupanmu? Lalu, bagaimana jika nanti kamu tahu, bahwa perempuan itu adalah aku? Yang selalu melangitkan namamu, yang selalu merayu Tuhan agar mendekatkanmu dengan-Nya, yang selalu menulis semua hal tentangmu. Apakah kamu akan marah? Aku sedang berusaha untuk mengusahakanmu ...

Sajak Mimpi

Sebab aku selalu percaya pada mimpi-mimpimu Pada setiap cita yang melekat kuat di benakmu Pada setiap asa yang kau rajut sepanjang waktu Sebab aku yakin kamu mampu. Melangkahlah, Kejar semua citamu Gapai semua mimpi yang sejak dulu kau genggam Pergilah, Mengelana menjelajah dunia Mencari tahu betapa luar biasa ciptaan-Nya Aku akan selalu ada di sini Berada sangat jauh dari tanah yang sedang kau pijak Berada sangat dekat lewat doa yang terucap Aku percaya kau akan menjadi orang yang hebat Jangan pernah berhenti menjadi orang baik Jangan pernah lelah menebar manfaat. Pulanglah, Ketika tiba waktumu merindukan rumah Sejauh apapun kakimu menapak Sepanjang apapun perjalanan yang kau selami Ingatlah, kau punya rumah Untuk pulang, melepas rindu, lalu menceritakan perjalanan panjang mengejar citamu Boleh aku jadi rumahmu? Rini Khoirotun Nisa, Yogyakarta, 10 Juli 2018