Akhir-akhir ini aku menjadi was-was, tidak seperti biasanya. Takut tapi menjadi terlalu takut. Ketakutan itu lalu bermetamorfosa menjadi rasa khawatir yang sangat tinggi, membuat sering bertanya-tanya "apakah aku bisa?"
Pertanyaan itu selalu muncul. Dan memang benar, musuh terberat kita adalah diri kita sendiri. Kita punya banyak orang yang percaya pada kita, tapi hal itu akan percuma jika kita saja tidak bisa percaya pada diri kita sendiri. Aku merasakannya.
Pertanyaan-pertanyaan berbahaya dan mengkhawatirkan selalu muncul. Misalnya, apa saya bisa diterima di universitas itu? Kiranya siapa nanti yang akan membersamai saya di masa depan? Besok kira-kira saya kerjanya jadi apa ya? Apa saya bisa meraih mimpi saya? Sadarkah kita bahwa pertanyaan berbahaya itu ternyata datang dari diri kita sendiri? Penjelmaan dari ketidakraguan pada diri sendiri, juga ketidakpercayaan terhadap rencana-Nya? Kenapa kusebut pertanyaan berbahaya? Sebab pertanyaan-pertanyaan itu jika tidak kita sikapi dengan baik, mampu menjadi bom atom yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Ketidakraguan yang datang dari diri sendiri memang tidak bisa disalahkan. Namun, ketidakraguan itu bisa kita ubah, bisa kita proses agar menjadi bentuk yang lebih baik, yakni sebuah kepercayaan. Apakah kamu pernah merasa rendah diri, misalnya bertanya-tanya : Apakah orang seperti saya layak menjadi mahasiswa di kampus A? Apakah orang seperti saya pantas bersanding di sebelah orang yang luar biasa seperti dia? Apakah semuanya akan baik-baik saja?
Aku pikir, itu semua adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah apabila kita terus terjebak dalam situasi tersebut. Terjebak dengan terus merasa takut dengan berlebihan. Lalu, bagaimana?
Percayakan saja hidupmu kepada Tuhan. That's the point. Manusia mungkin bisa berencana, tapi sehebat-hebatnya rencana manusia, rencana-Nya selalu yang paling hebat. Coba tutup matamu sejenak, lalu bernafaslah. Nikmati detik demi detik yang berlalu, sambil katakan : "Sekalipun nanti semuanya tidak akan baik-baik saja, Allah tahu bahwa aku akan baik-baik saja."
Kita punya sebaik-baik penjaga, kenapa harus takut? Ubah keraguan-keraguan itu menjadi sebuah kepercayaan. Kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja di bawah kuasa-Nya. Aku tahu tidak ada yang mampu menebak dan meramal masa depan, tapi kita bisa berproses untuk menyiapkan masa depan agar hasilnya sesuai dengan yang kita inginkan, bukan?
Kuharap, siapapun yang sedang membaca ini, selalu dimudahkan dalam berproses mengejar cita dan mimpi. Semoga selalu diberkahi hidupnya, semoga dihilangkan segala keraguan yang ada dalam hatinya, dan semoga kelak, entah lima atau sepuluh tahun mendatang, kita akan bilang kepada diri kita sendiri :
"Untuk diriku di masa lalu, terima kasih pernah berjuang untuk hari ini."
Rini Khoirotun Nisa,
Yogyakarta, 27 Juni 2018.
Komentar
Posting Komentar