Langsung ke konten utama

Bagaimana Jika Kamu Tahu



Aku selalu memikirkannya. Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada yang diam-diam melangitkan namamu di sepertiga malam. Tanpa terlewat. Ia yang memohonkan segala kebaikan untukmu dan mendoakanmu agar kamu senantiasa mencintai Dia melebihi segalanya. Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada yang diam-diam menaruh rasa kepadamu. Mencuri kabarmu dari banyak hal yang sekiranya ia tahu. Lalu hanya bisa diam dan kembali memohon pada Rabb-nya.

Bagaimana jika nanti kamu tahu, ada perempuan yang selalu menjadikanmu tokoh utama dalam setiap tulisannya. Menjadikanmu nyawa di setiap puisinya. Menjadikanmu warna di setiap gores kanvasnya. Akankah kamu akan bahagia, atau kamu akan merasa terusik karena ia diam-diam mencampuri kehidupanmu?

Lalu, bagaimana jika nanti kamu tahu, bahwa perempuan itu adalah aku? Yang selalu melangitkan namamu, yang selalu merayu Tuhan agar mendekatkanmu dengan-Nya, yang selalu menulis semua hal tentangmu. Apakah kamu akan marah?

Aku sedang berusaha untuk mengusahakanmu dengan caraku. Menghapus jarak lewat doa yang mengangkasa. Menyampaikan rindu dengan cara yang lebih bijaksana, dengan menuliskanmu dalam sebuah bait puisi. Apakah kamu akan risih?

Jika suatu saat kamu tahu, dan akhirnya merasa terganggu dengan semua hal yang aku lakukan, aku hanya akan diam. Tidak akan meminta maaf, atau menyesali semua tindakanku. Sebab ini hakku. Ini hakku untuk menyayangi seseorang. Ini hakku untuk mendoakan seseorang dalam diamku, melangitkan namanya, lalu memohonkan kebaikan untuknya di dunia dan di akhirat. Aku juga tak masalah, jika mungkin ada perempuan lain yang melakukan hal yang sama denganku. Sebab, itu adalah hak mereka. Hak mereka untuk menyayangi seseorang sebagaimana aku. Hak mereka untuk memenuhi langit sepertiga malam dengan doa-doa baiknya. Hak mereka untuk mengusahakanmu dengan cara-cara baiknya.

Namun, bagaimana jika suatu saat nanti, bukan kamu tujuan dari perjalanan ini? Bagaimana jika ternyata dari sekian doa untukmu yang mengangkasa, bukan doaku yang dipilih oleh-Nya?



Rini Khoirotun Nisa,
Yogyakarta, 19 Juli 2018.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan dan Para Perindu

Hujan dan Para Perindu Ia jatuh, membawa kabar dari alam, Ia bilang, tuan senja sedang haru Ia menelusup, lewat jendela kaca kamar seorang perempuan, Ia pikir, perempuan itu sedang sendu Di tangannya ada selembar surat kulit kayu Yang tak henti dibaca sebagai penyalur rindu Sebagai pengingat perpisahan tanpa peringatan Yang membuatnya menjadi bisu Di mata perempuan itu, hujan selalu istimewa Suaranya menjelma menjadi musik penenang kalbu Rintiknya menjelma menjadi petrikor yang siap untuk dihidu Alirannya menjadi kurir pengantar berpaket-paket rindu Karena hujan adalah magis bagi para perindu Yogyakarta, Maret 2018. Rini Khoirotun Nisa

PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA PERANCANGAN PUSAT INDUSTRI KREATIF DIGITAL DI YOGYAKARTA

[I0219077] [RINI KHOIROTUN NISA] Penulis Mahasiswa Program Studi Arsitektur   Fakultas Teknik A. Latar Belakang Transformasi budaya digital mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia dan mengakibatkan semakin banyaknya manusia yang bergantung pada perangkat teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu, industri kreatif digital dinilai berpeluang lebih besar dalam menciptakan suatu bisnis yang bernilai tinggi dibandingkan industri kreatif lainnya. Yogyakarta menyimpan potensi besar pada sektor industri kreatif digital. Namun, kurangnya sarana pengembangan industri kreatif digital di Yogyakarta menjadi salah satu kendala.  Pusat industri kreatif digital di Yogyakarta hadir sebagai bangunan yang mewadahi kegiatan pengembangan industri kreatif digital seperti edukasi, eksperimen, produksi, promosi, dan ekshibisi. Perancangan pusat industri kreatif digital memerlukan desain yang dapat menyediakan lingkungan kreatif, mengoptimalkan kegiatan pengembangan industri kre...

Memilih, Memutuskan, Mendoakan

Dia, laki-laki yang selalu kuceritakan itu, pernah menulis di laman sosial medianya, "Hidupmu sekarang ini adalah hasil pilihanmu di masa lalu, dan pilihanmu di masa kini menentukan bakal seperti apa hidupmu di masa depan. Sebab hidup itu adalah pilihan. Maka segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita. Lalu hidup seperti apa yang akan kita pilih?" Satu paragraf singkat itu kembali membuatku merenung lagi pagi ini. Entah kenapa apa-apa yang disuarakan olehnya dapat dengan mudah melesat masuk ke kepalaku. Membuatku menjadi takut melewati batasan yang diberikan oleh-Nya. Aku takut akan terlalu memuji dan membanggakannya yang pasti jika kulakukan tidak akan baik hasilnya bagi aku, pun dia. Dia benar, hidup memang sebuah pilihan. Apa yang lewat, apa yang sedang, dan apa yang akan, semua ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil. Keputusan-keputusan itu akan membawa kita kepada garis takdir yang s...