"Kok dia keren banget ya? Ikut banyak organisasi, sibuk sana sibuk sini, tapi akademiknya tetap aja bagus. Kapan ya aku kaya dia?"
Pernah berkata demikian? Atau mungkin...
"Aku sudah usaha, aku sudah belajar mati-matian, aku bahkan rela nggak tidur supaya paham sama materinya, tapi kok nilaiku tetap aja rendah?"
Pernah? Atau mungkin...
"Kenapa dia yang setiap ulangan harian nggak jujur ujiannya dapat nilai tinggi juga, sedangkan aku yang jujur, kenapa dapat nilai yang lebih rendah dari dia? Nggak adil banget sih!"
Pernah?
Kadang pertanyaan-pertanyaan itu menghadirkan rasa tidak menyenangkan pada diri kita. Yang tidak jarang membuat kita menyalahkan diri kita sendiri, lalu menjadi pesimis dan menghardik keadaan.
Pertanyaan pertama, kapan ya aku kaya dia? See, we always compare ourselves with others. Padahal, nggak semua bunga mekar di saat yang bersamaan kan? Nggak semua buah matang di waktu yang sama, bahkan, langit saja gelap terang di setiap daerah berbeda masa. Sama seperti kita. Masing-masing diri kita itu memiliki kelebihan kok, kita itu berharga, tetapi kita memiliki waktu yang berbeda-beda untuk menjadi luar biasa.
Mau buktinya?
Colonel Sanders, dia baru benar-benar sukses di usianya yang ke 62 tahun. Semasa mudanya, dia selalu berganti-ganti profesi, mulai dari nahkoda kapal hingga pemadam kebakaran. Di usia 40 tahun pun, kehidupannya belum stabil. Ia ditinggalkan istri dan anaknya, kehidupannya sulit bahkan hingga ia berniat bunuh diri. Tapi apa yang luar biasa? Sanders mencoba peruntungan di bidang kuliner yang menjadi cikal bakal KFC yang sekarang telah mendunia.
Sedangkan di sisi lain, Sebastian Martinez sudah sukses menjadi seorang pengusaha di usia 7 tahun sebab hobinya mengumpulkan kaus kaki. Ia mendesain kaus kakinya sendiri yang ternyata diminati banyak orang bahkan berhasil meraih keuntungan setara dengan 207 juta rupiah.
Pun dengan kita. Tak usah risau, kita bisa seperti mereka. Kita bisa memperoleh hasil yang baik di bidang akademik seperti mereka. Bagaimana? Ya jangan berhenti berproses, jangan mudah menyerah juga. Ingat juga, tidak ada keberhasilan tanpa diiringi dengan ketaatan.
Pertanyaan kedua, kok aku sudah berusaha tapi hasilnya tetap mengecewakan ya? Hm, ini aku sering mengalaminya, hehehe. Tapi nggak usah dipikir berat-berat, jawabannya simpel.
"Yang terburuk menurutmu tapi terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya. Yang terbaik menurutmu tapi tidak terjadi adalah yang terburuk menurut-Nya."
Aku selalu mengingat kalimat itu sejak dulu ketika aku menemukannya di sebuah buku. Coba kita berkaca pada diri kita sendiri dulu, usaha yang menurut kita sudah 'besar' itu apakah diiringi dengan doa yang sama-sama 'besar'? Usaha yang kita nilai 'maksimal' itu apakah diiringi dengan 'keikhlasan'?
Dulu, aku orangnya ambis banget. Ambis yang lebih mengarah ke memperburuk mentalku sendiri. Bahkan kadang sampai menangis dan menyalahkan diri sendiri karena nggak mampu memperoleh hasil sesuai target. Tetapi semakin dewasa, aku semakin paham, nggak semua hal di bumi akan berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Dan ternyata, setelah aku belajar menerima dan bersyukur, hidup menjadi lebih mudah untuk dijalani.
Apapun hasilmu sekarang, coba disyukuri. Barangkali Tuhan ingin melihatmu mendekat kepada-Nya lebih lagi. Barangkali Tuhan masih rindu doa-doamu yang kau langitkan dengan sungguh-sungguh. Barangkali, doa-doamu itu, sedang ditampung untuk diwujudkan di waktu yang tepat.
Pertanyaan ketiga, dia yang nyontek kok nilainya di atas aku sih? Kan nggak adil! Hm, begini. Menurutku, nikmati dulu aja prosesnya. Nggak apa-apa hasil yang kita peroleh lebih rendah dari mereka. Kita mungkin nggak menang di atas kertas, tapi kita menang di mata Tuhan.
Ingat aja, semua itu ada balasannya, kebaikan dan keburukan sekecil apapun itu ada balasannya. Tuhan sendiri loh yang menjanjikan, lalu apa yang perlu kita khawatirkan? Mungkin imbasnya belum sekarang, mungkin sepuluh tahun atau bahkan lima belas tahun lagi, mana kita tahu? Atau mungkin balasannya malah ditunda di akhirat nanti. Tenang, yang penting kita selalu berusaha jujur, kita sudah menang di mata Tuhan.
Pokoknya, semangat terus ya untuk siapapun yang membaca ini. Aku bukannya menggurui, hanya saja aku suka menguatkan orang lain hehehe, eh emang tulisanku berpengaruh? Kok aku pede sekali hehehe.
I wish you all the best things in this beautiful world.
Regards, Rini Khoirotun Nisa.
Yogyakarta, 15 Desember 2018.
Terimakasih Rini. Lewat tulisanmu yang memotivasi, sungguh membangkitkan semangatku. 😘😍
BalasHapusSama-sama, terima kasih sudah membaca : )
HapusMakasih banget Rini :)
BalasHapusSama-sama, terima kasih sudah membaca :)
Hapus