Langsung ke konten utama

Sudah Minta Maaf ke Orangtua?

Bapak mengajariku bahwa ada tiga kata sakral yang harus dimengerti dan digenggam erat oleh manusia. Satu, namanya tolong. Yang kedua, namanya terima kasih. Yang ketiga, yang paling sulit, maaf.

Yang ketiga, yang bagi banyak orang termasuk aku, paling sulit untuk digenggam. Bukan hanya diucapkan dan hanya berhenti disitu. Namun dimaknai dan dihayati hakikatnya.

Pagi tadi, karena sebuah alasan di rumah, aku ngambek sampai nangis-nangis. Ini kali pertama setelah sekian lamaaaa terakhir kulakukan. Mungkin karena lagi dalam fase capek-capeknya, mungkin sabarku tadi kurang, emosi juga lagi nggak stabil. Bahkan tadi nyuci aja sambil nangis-nangis, pokoknya drama banget. Aku nangisnya diam-diam, pokoknya jangan sampai ketahuan deh. Waktu udah lega, aku keluar.

Mamak lagi masak di dapur, tapi cuma diam aja. Biasanya ngajak ngomong aku. Waduh, udah agak takut waktu ini. Nggak lama, aku denger percakapan Bapak sama Mamak.
"Kenapa nangis?" tanya Bapak.
"Gapapa, cuma capek," jawab mamak sambil goreng bawang.

Ya Allah, langsung istighfar tadi, aku udah buat Mamak nangis. Langsung takut, khawatir, marah sama diri sendiri, takut Allah murka, pokoknya nggak tenang. Tapi aku masih diam di tempat, sambil nyesel dan ikut nangis lagi.

Nggak lama, mamak nawarin makan, suaranya khas orang habis nangis. Aku ngangguk dan langsung ngambil soto di panci. Terus makan. Di tengah-tengah makan, Mamak tersedak. Kebiasaan Mamak kalo makan tapi sambil mikirin banyak hal. Langsung deh istighfar lagi, aku langsung samperin sambil pijitin leher belakangnya. Dalam hati masih minta ampun sama Allah.

Mamak terus nyuruh aku lanjutin makan, baru mau nyuap lagi, aku kepikiran lagi, aku harus minta maaf. Tapi gimana caranya? Udahlah, nekat aja. Ridho Mamak lebih penting daripada rasa malu aku. Ini emang salah aku, ya harus aku kan yang minta maaf?

Aku samperin Mamak, langsung peluk sambil nangis.
"Mak maaf ya Nisa buat Mamak sedih hari ini."

Mamak nangis lagi sambil bilang,
"Mamak itu nggak maksud gimana-gimana. Kalau kamu ngambek kaya tadi, Mamak ikut mikir. Mamak sama Bapak itu kerja banting tulang buat siapa kalo bukan buat kamu, buat anak-anaknya. Biar kamu bisa sekolah setinggi-tingginya, biar besok jadi orang sukses. Rela capek kaya gini ya buat kamu, bukan buat orang lain. Yang paling penting itu buat orangtua adalah anak-anaknya. Jadi Nisa jangan ngambek-ngambek lagi."

Aku tambah nangis, sampai susah mau nafas. Terus berulang-ulang ngucap kata maaf.

"Iya, udah Mamak maafin."

Ya Allah, alhamdulillah, hari ini dapat pelajaran yang berharga banget. Kita kayanya gampang banget kalo mau minta maaf ke temen, ke orang asing, atau orang-orang yang kita lukai di luar sana. Tapi kita seringkali lupa buat minta maaf sama orang-orang terdekat kita, sama orang tua kita, sama keluarga kita padahal bisa jadi mereka yang paling sering terlukai oleh ucapan atau tindakan kita.

Jangan lupa minta maaf ke orang tua ya teman-teman. Dan jangan contoh perilakuku yang nggak baik tadi. Mungkin tadi pagi aku belum paham, kenapa ada masalah kaya gini di rumah. Tapi sekarang aku paham, Allah pengen mendewasakanku dengan cara-Nya. MasyaaAllah...luar biasa rencana-Nya.

Tinggalkan gengsi, saatnya perbaiki silaturahmi.

Yogyakarta, 10 Maret 2019.
Rini Khoirotun Nisa.

Komentar

  1. Ya ini orangnya, sosok wanita yang insyaAllah akan menjadi suri tauladan bagi anak2nya kelak, yang akan membuat pasangannya berucap dalam tenang 'baiti jannati'

    BalasHapus
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan dan Para Perindu

Hujan dan Para Perindu Ia jatuh, membawa kabar dari alam, Ia bilang, tuan senja sedang haru Ia menelusup, lewat jendela kaca kamar seorang perempuan, Ia pikir, perempuan itu sedang sendu Di tangannya ada selembar surat kulit kayu Yang tak henti dibaca sebagai penyalur rindu Sebagai pengingat perpisahan tanpa peringatan Yang membuatnya menjadi bisu Di mata perempuan itu, hujan selalu istimewa Suaranya menjelma menjadi musik penenang kalbu Rintiknya menjelma menjadi petrikor yang siap untuk dihidu Alirannya menjadi kurir pengantar berpaket-paket rindu Karena hujan adalah magis bagi para perindu Yogyakarta, Maret 2018. Rini Khoirotun Nisa

PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA PERANCANGAN PUSAT INDUSTRI KREATIF DIGITAL DI YOGYAKARTA

[I0219077] [RINI KHOIROTUN NISA] Penulis Mahasiswa Program Studi Arsitektur   Fakultas Teknik A. Latar Belakang Transformasi budaya digital mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia dan mengakibatkan semakin banyaknya manusia yang bergantung pada perangkat teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu, industri kreatif digital dinilai berpeluang lebih besar dalam menciptakan suatu bisnis yang bernilai tinggi dibandingkan industri kreatif lainnya. Yogyakarta menyimpan potensi besar pada sektor industri kreatif digital. Namun, kurangnya sarana pengembangan industri kreatif digital di Yogyakarta menjadi salah satu kendala.  Pusat industri kreatif digital di Yogyakarta hadir sebagai bangunan yang mewadahi kegiatan pengembangan industri kreatif digital seperti edukasi, eksperimen, produksi, promosi, dan ekshibisi. Perancangan pusat industri kreatif digital memerlukan desain yang dapat menyediakan lingkungan kreatif, mengoptimalkan kegiatan pengembangan industri kre...

Memilih, Memutuskan, Mendoakan

Dia, laki-laki yang selalu kuceritakan itu, pernah menulis di laman sosial medianya, "Hidupmu sekarang ini adalah hasil pilihanmu di masa lalu, dan pilihanmu di masa kini menentukan bakal seperti apa hidupmu di masa depan. Sebab hidup itu adalah pilihan. Maka segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita. Lalu hidup seperti apa yang akan kita pilih?" Satu paragraf singkat itu kembali membuatku merenung lagi pagi ini. Entah kenapa apa-apa yang disuarakan olehnya dapat dengan mudah melesat masuk ke kepalaku. Membuatku menjadi takut melewati batasan yang diberikan oleh-Nya. Aku takut akan terlalu memuji dan membanggakannya yang pasti jika kulakukan tidak akan baik hasilnya bagi aku, pun dia. Dia benar, hidup memang sebuah pilihan. Apa yang lewat, apa yang sedang, dan apa yang akan, semua ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil. Keputusan-keputusan itu akan membawa kita kepada garis takdir yang s...