Langsung ke konten utama

Ramadan: titik balik pendewasaan baru

Ramadan tahun ini rasanya luar biasa. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana biasanya aku menjalaninya dengan biasa-biasa aja. Maksudku, 30 hari berjalan dengan baik-baik aja. Nggak sedih, nggak kecewa, semuanya seolah "mudah".

Tapi tahun ini, bagiku ini Ramadan paling berat setelah delapan belas tahun aku menemui bulan yang sama. Hampir 30 hari selalu kuhabiskan dengan menangis, benar-benar menangis hingga bantal basah dan air mata kering. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya hatiku kosong. Rasanya benar-benar kosong, tapi penuh dengan kecemasan dan ketakutan yang aku tak tahu asal mulanya.

Setiap hari rasanya kepala pusing, lelah bertengkar dengan isi kepala sendiri. Aku benar-benar menghadapi fase distress yang menyita banyak energi.

Lalu, aku bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang salah denganku? Kenapa Allah menempatkanku pada kondisi seperti ini? Kenapa Allah memintaku melalui semua ini? Ya Rabbi, apa yang salah?

Setiap hari pertanyaan-pertanyaan itu hadir mengiringi tangis yang selalu ingin kutahan tapi berujung gagal.

Aku lelah, dan aku hampir menyerah. Rasanya benar-benar semenakutkan dan semenyedihkan itu.

Lalu aku mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Pelan-pelan mengintrospeksi diri, hingga akhirnya masyaaAllah, rasanya aku ingin sujud syukur tanpa henti.

Aku baru sadar, ujian ini adalah bukti cinta-Nya kepadaku. Melalui ujian ini, lewat setiap tangis yang tak henti, diselipkan-Nya berjuta hikmah yang tak akan mungkin kudapat jika aku tidak melalui rentetan rasa sakit dan takut yang menghimpit ini.

Rasanya ingin menangis mengingat banyaknya dosa dan maksiat yang ada, tapi Dia masih dengan penuh cinta memberi hikmah dengan cara terindah-Nya. Mungkin awalnya bagiku memang sakit, tidak ada indahnya sama sekali. Tapi pada akhirnya, aku sadar, ujian ini begitu indah. Tanpa ini, aku tidak akan pernah naik ke titik yang baru. Ramadan kali ini benar-benar fase pendewasaan diri yang baru. Doakan semoga aku tetap istiqomah, aamiin.

Aku percaya, Allah tahu sesulit apa aku mencoba menyembuhkan diri sendiri. Allah melihat, sebanyak apa tetes air mata yang jatuh. Allah menyaksikan apapun yang aku lalui. Dan aku pun yakin bersamaan dengan ujian ini, Allah sedang menyiapkan sesuatu yang luar biasa disana. Sebab Dia sendiri bukan yang menjanjikan bahwa setiap kesulitan dan kesempitan datang bersama kemudahan dan kelapangan. Iya, mereka datang secara bersamaan. Artinya, sudah pasti ada dan sudah pasti akan.

Allah tahu, tapi Allah ingin aku menunggu. Barangkali lewat ujian ini, Allah ingin melihat bagaimana aku akan menanggapi sapaan-Nya. Apakah aku akan tetap sabar, atau aku akan berputus asa. Apakah aku akan berhenti memohon dan berdoa, atau aku akan tetap menangis sampai mukena dan sajadahku ikut basah. Apakah aku akan marah dan menghakimi-Nya, atau aku akan belajar mengambil pelajaran yang ada.

Aku percaya, Dia Yang Maha Segalanya. Sang Maha Cinta yang akan mencintai setiap hamba-Nya lebih dari apapun dan siapapun.

Rasanya memang berat, tapi aku tak akan pernah berhenti mencoba untuk memahami maksud-Nya. Sebab aku percaya, Allah selalu disini. Allah tidak akan pernah meninggalkanku, tidak akan pernah dan tidak mungkin pernah.

Sebab, mustahil bagi-Nya mengirim air mata tanpa maksud apa-apa.

Tetap semangat, semoga tetap istiqomah dan semoga kita masih diberi waktu untuk berjumpa dengan Ramadan berikutnya.

Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf untuk setiap kata, ucapan, tulisan, maupun kalimat yang selama ini mungkin menyakiti dan tak berkenan di hati teman-teman.

Rini Khoirotun Nisa,
Yogyakarta, 5 Juni 2019

Komentar

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan dan Para Perindu

Hujan dan Para Perindu Ia jatuh, membawa kabar dari alam, Ia bilang, tuan senja sedang haru Ia menelusup, lewat jendela kaca kamar seorang perempuan, Ia pikir, perempuan itu sedang sendu Di tangannya ada selembar surat kulit kayu Yang tak henti dibaca sebagai penyalur rindu Sebagai pengingat perpisahan tanpa peringatan Yang membuatnya menjadi bisu Di mata perempuan itu, hujan selalu istimewa Suaranya menjelma menjadi musik penenang kalbu Rintiknya menjelma menjadi petrikor yang siap untuk dihidu Alirannya menjadi kurir pengantar berpaket-paket rindu Karena hujan adalah magis bagi para perindu Yogyakarta, Maret 2018. Rini Khoirotun Nisa

Memilih, Memutuskan, Mendoakan

Dia, laki-laki yang selalu kuceritakan itu, pernah menulis di laman sosial medianya, "Hidupmu sekarang ini adalah hasil pilihanmu di masa lalu, dan pilihanmu di masa kini menentukan bakal seperti apa hidupmu di masa depan. Sebab hidup itu adalah pilihan. Maka segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita. Lalu hidup seperti apa yang akan kita pilih?" Satu paragraf singkat itu kembali membuatku merenung lagi pagi ini. Entah kenapa apa-apa yang disuarakan olehnya dapat dengan mudah melesat masuk ke kepalaku. Membuatku menjadi takut melewati batasan yang diberikan oleh-Nya. Aku takut akan terlalu memuji dan membanggakannya yang pasti jika kulakukan tidak akan baik hasilnya bagi aku, pun dia. Dia benar, hidup memang sebuah pilihan. Apa yang lewat, apa yang sedang, dan apa yang akan, semua ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil. Keputusan-keputusan itu akan membawa kita kepada garis takdir yang s...

Menghargai Sebuah Kegagalan

Saya tipe orang yang suka mendengarkan cerita orang lain lalu menyemangati dan menguatkan mereka. Tapi ada satu waktu di mana nanti saya juga perlu dikuatkan. Ada waktu di mana saya akan ketakutan. Ketakutan tentang masa depan, kekhawatiran tentang cita-cita, apakah aku bisa meraih mimpiku atau tidak dan semuanya. Kegagalan demi kegagalan pernah saya alami dalam proses menggapai impian, hingga saya cukup akrab dengan rasa kecewa, tangis sedih sebab usaha terasa sia-sia, dan juga penerimaan terhadap semua perasaan itu. Pernah, dulu waktu SD, saya ikut lomba aksara jawa tingkat kabupaten. Kira-kira waktu itu kelas empat. Setiap hari saya berlatih di sekolah, bahkan di hari libur pun saya harus masuk sekolah dengan sepeda pink yang bahkan harus jatuh dengan memalukan ketika perjalanan menuju sekolah. Di hari lomba, saya telat datang, semua peserta sudah memulai mentranslitasikan aksara jawa di kertasnya masing-masing, sedang saya yang terburu-buru segera duduk dan mengejar lainnya...