Langsung ke konten utama

Kecewanya Manusia




Aku yakin, siapa pun yang sedang membaca ini sekarang, pernah dikecewakan atau merasa kecewa terhadap sesuatu. Pun denganku.

Tak ada manusia yang hidup, tapi tak pernah kecewa. Karena kecewa itu hal yang lumrah. Wajar untuk terjadi.

Pernah melihat anak kecil yang menangis karena balon gas berbentuk kartun miliknya terbang mengudara karena batu tumpuannya lepas? Lalu anak itu menangis dengan jari menunjuk ke angkasa, tempat balonnya lepas.

Atau mungkin, pernah melihat seorang ayah yang sedang menenangkan putranya karena permen lollipop milik anak itu jatuh ke tanah?

Mereka, anak-anak itu, juga sedang kecewa bukan?

Sayangnya, semakin bertambah usia, rasa kecewa yang hadir tidak hanya sebatas balon yang lepas atau permen yang jatuh. Tidak sesederhana itu, tidak semudah itu untuk disembuhkan. Semua menjadi semakin rumit, dan itu semua berawal dari ekspetasi kita yang terlalu tinggi tetapi realita yang hadir jauh dari yang kita inginkan.

Itu lumrah juga. Manusia memang selalu menaruh harap yang tinggi, tapi tidak siap untuk kecewa, kan?

Tadi, aku memikirkan hal ini. Tentang betapa manusia memang harus siap dengan kata kecil bermakna besar bernama 'kecewa'. Hati manusia memang harus selalu siap kecewa tiba-tiba. Kapan pun, di mana pun, karena alasan apa pun. Kita harus selalu siap. Entah kecewa sementara, atau selamanya.

Pada hakikatnya kecewa datang karena diri kita sendiri bukan? Karena kita yang tidak mau menerima. Padahal Tuhan sudah bilang, kalau kita harus mempercayakan apa pun kepada-Nya, mempercayakan hidup kita, semuanya. Jadi, ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana kita, berarti hal itu sedang berjalan sesuai rencana-Nya. Dan pastinya rencana-Nya adalah rencana paling baik dari yang terbaik di seluruh muka bumi. Jadi, untuk apa khawatir? Untuk apa bersedih?

Ikhlaskan kecewamu itu. Ikhlaskan luka yang hadir. Biar nanti Tuhan yang menyembuhkannya lewat waktu. Tak perlu tergesa, kecewa memang butuh sandaran untuk rehat. Nanti, kamu akan bangkit lagi, dengan hati yang lebih kokoh, dengan sosok yang lebih kuat, hingga akhirnya kecewa pun tak ada artinya lagi buatmu, karena kamu telah mempercayakan seutuhnya kepada-Nya. Dia Yang Maha Segalanya.

Jadi, mungkin, kecewamu itu datang karena kamu belum sepenuhnya mempercayakan hidupmu kepada rencana-Nya. Coba deh, percayakan apapun kepada-Nya, bahkan hal sekecil apapun. Aku pernah tiba di suatu titik di mana aku nggak bisa bergantung kepada siapa pun selain Dia, semua harap itu aku serahkan kepada-Nya, hingga akhirnya kalimat "Aku telah mempercayakan hidupku kepada Allah, aku tahu Dia adalah sebaik-baik penjaga dan sebaik-baiknya dalam menepati janji" benar-benar kuucapkan.

Beneran deh, kalau kita telah mempercayakan semuanya kepada Allah, apapun hasilnya nanti, nggak ada yang namanya kecewa.

Jadi, kecewamu kira-kira karena apa?


Rini Khoirotun Nisa,
Yogyakarta, 5 Mei 2018.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan dan Para Perindu

Hujan dan Para Perindu Ia jatuh, membawa kabar dari alam, Ia bilang, tuan senja sedang haru Ia menelusup, lewat jendela kaca kamar seorang perempuan, Ia pikir, perempuan itu sedang sendu Di tangannya ada selembar surat kulit kayu Yang tak henti dibaca sebagai penyalur rindu Sebagai pengingat perpisahan tanpa peringatan Yang membuatnya menjadi bisu Di mata perempuan itu, hujan selalu istimewa Suaranya menjelma menjadi musik penenang kalbu Rintiknya menjelma menjadi petrikor yang siap untuk dihidu Alirannya menjadi kurir pengantar berpaket-paket rindu Karena hujan adalah magis bagi para perindu Yogyakarta, Maret 2018. Rini Khoirotun Nisa

PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA PERANCANGAN PUSAT INDUSTRI KREATIF DIGITAL DI YOGYAKARTA

[I0219077] [RINI KHOIROTUN NISA] Penulis Mahasiswa Program Studi Arsitektur   Fakultas Teknik A. Latar Belakang Transformasi budaya digital mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia dan mengakibatkan semakin banyaknya manusia yang bergantung pada perangkat teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu, industri kreatif digital dinilai berpeluang lebih besar dalam menciptakan suatu bisnis yang bernilai tinggi dibandingkan industri kreatif lainnya. Yogyakarta menyimpan potensi besar pada sektor industri kreatif digital. Namun, kurangnya sarana pengembangan industri kreatif digital di Yogyakarta menjadi salah satu kendala.  Pusat industri kreatif digital di Yogyakarta hadir sebagai bangunan yang mewadahi kegiatan pengembangan industri kreatif digital seperti edukasi, eksperimen, produksi, promosi, dan ekshibisi. Perancangan pusat industri kreatif digital memerlukan desain yang dapat menyediakan lingkungan kreatif, mengoptimalkan kegiatan pengembangan industri kre...

Memilih, Memutuskan, Mendoakan

Dia, laki-laki yang selalu kuceritakan itu, pernah menulis di laman sosial medianya, "Hidupmu sekarang ini adalah hasil pilihanmu di masa lalu, dan pilihanmu di masa kini menentukan bakal seperti apa hidupmu di masa depan. Sebab hidup itu adalah pilihan. Maka segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita. Lalu hidup seperti apa yang akan kita pilih?" Satu paragraf singkat itu kembali membuatku merenung lagi pagi ini. Entah kenapa apa-apa yang disuarakan olehnya dapat dengan mudah melesat masuk ke kepalaku. Membuatku menjadi takut melewati batasan yang diberikan oleh-Nya. Aku takut akan terlalu memuji dan membanggakannya yang pasti jika kulakukan tidak akan baik hasilnya bagi aku, pun dia. Dia benar, hidup memang sebuah pilihan. Apa yang lewat, apa yang sedang, dan apa yang akan, semua ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil. Keputusan-keputusan itu akan membawa kita kepada garis takdir yang s...