Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Untuk Laki-laki dan Perempuan yang Mencari

Untukmu laki-laki, Kelak, jangan 'hanya' mencari yang cantik rupanya, tetapi carilah yang cantik hatinya. Paras bisa menipu, wajah bisa menua, tetapi ketulusan hati tidak. Ketulusan hati akan bertahan hingga akhir, karena bumi Allah tidak butuh orang yang hanya sekedar mengandalkan cantik rupa. Kelak, jangan 'hanya' mencari yang sikapnya bisa membuatmu nyaman. Namun, carilah ia yang akhlaknya membuatmu selalu merasa beruntung dipertemukan dengan perempuan itu. Nyaman saja tidak cukup. Bagaimana jika ternyata kamu sudah terlanjur nyaman, tapi ternyata dia bukan perempuan berakhlak baik? Pilar utama yang mampu menyangga sebuah hubungan adalah akhlak. Jika akhlaknya baik, ia pasti tahu apa yang baik dilakukan apa yang tidak. Ia pasti tahu bagaimana caranya menjaga kehormatanmu. Kelak, perempuan seperti itulah yang mampu memberimu kenyamanan dunia dan InsyaaAllah akhirat. Untukmu laki-laki, Kelak jangan hanya mencari yang fisiknya indah untuk kau pandang. Sung...

Bersembunyi

Jangan mencari aku di mana pun, kau tak akan menemukanku. Sejauh apapun kamu mencari, karena memang aku yang berniat untuk bersembunyi. Di antara banyaknya manusia yang berlomba-lomba mengutarakan perasaan, memberi beberapa kode agar seseorang menyadari perasaannya, aku lebih suka seperti ini. Menyembunyikan diri dari kehidupanmu, hingga mungkin kamu lupa kalau kamu pernah bertemu manusia sepertiku. Aku lebih suka menyimpan rapat-rapat perasaan ini, lalu kutuangkan dalam prosa atau puisi yang merangkum semua tentangmu. Aku lebih suka membunuh mati rindu yang hadir, lalu menghidupkannya kembali ketika aku benar-benar ingin. Aku lebih suka membungkus rapat semua kenangan tentangmu, yang singkat, namun sangat berkesan, lalu sesekali kutengok ketika aku benar-benar perlu. Tak apa, jika kau tidak menyadari keberadaanku. Aku justru senang, karena aku tak perlu menjadi orang lain dalam menyayangimu. Biar saja doaku yang mengenalmu. Biar saja Allah yang mengenalkanmu dengan doa-doa ...

Untukmu, Seseorang di Masa Depan

"Kelak, carilah imam yang seperti ini, Nduk." Pembicaraanku dengan Bapak tempo hari masih menyisakan banyak rasa hari ini. Sore itu, sembari menunggu adzan maghrib, Bapak mengajakku berbincang. Dari kecil memang aku lebih sering cerita tentang masalah apapun ke Bapak, karena Bapak adalah tipe pendengar dan pemberi solusi yang baik. Sore itu, kami duduk berdua sembari menikmati secangkir teh. Bapak menceritakan masa lalunya, tentang bagaimana ia bisa bertemu dengan Ibu, saling mencintai satu sama lain, dan menikah. Bapak bilang, dulu Bapak punya banyak mantan kekasih, karena Bapak selalu mencari dan mencari mana yang paling pantas untuknya. Tapi setelah bertemu Ibu, Bapak menjadi berubah. Bapak berhenti mencari karena ia menemukan sesuatu yang dicari. Ibu sosok yang pemalu, ia hanya selalu memandangi Bapak dari lantai atas tempat kerjanya. Kalau bertemu Bapak, Ibu selalu menghindari pembicaraan dan cenderung merasa takut. Mungkin itu yang membuat Bapak tertarik. Ibu ju...

Menghadapi Perasaan

Akhir-akhir ini, aku selalu berpikir tentang bagaimana caranya menyikapi sebuah perasaan. Perasaan yang kadang terasa menggebu-nggebu seperti letupan petasan yang sangat sulit untuk kukendalikan. Kadang ia membuatku menekuk wajah, lalu bersedih, hanya karena ia ingin berkabung. Ya, hingga akhirnya aku paham, perasaan adalah bagian dari diri yang tak akan pernah terpisahkan. Meskipun kadang ia terlalu jujur sampai-sampai kita tidak punya kesempatan sama sekali untuk membohonginya. Sekalipun kita bersusah payah ingin menghindar dari apa yang ia pikirkan, ia akan terus memberontak dan membuat hari kita menjadi penuh tanda tanya. Yang kutakutkan adalah, ketika perasaanku itu, sudah di luar batas wajar. Di mana ia menjadi terlalu sering bersedih hanya karena hamba-Nya, padahal penciptanya saja menjanjikan akan selalu ada. Iya, Dia Allah Yang Maha Segalanya, Zat Yang Maha Kaya. Atau mungkin, ia menjadi terlalu gembira, hingga tak bisa mengontrol diri sendiri dan jatuh pada satu sikap ...

Kau Mau Jadi Apa?

Jika kau ingin seperti hujan yang jatuh ke bumi, Aku siap menjadi samudera untuk menampung rintikmu. Jika kau ingin meninggi seperti langit, Aku akan menjadi daratan untukmu membumi. Kalaupun kau ingin menjadi angin yang tak terlihat, Aku akan menjadi lonceng yang berdenting, agar mereka tahu kau ada. Atau kau ingin berkedip seperti bintang? Maka aku akan  menjadi teropong untuk memandangmu lebih dekat. Aku tidak peduli kau ingin menjadi apa. Entah rona senja yang merekah, Atau gelap malam yang kelam. Yang harus kau tahu pasti, Aku akan selalu di sini, menjadi rumah tempatmu merebah lelah. Rini Khoirotun Nisa Yogyakarta, 15 Mei 2018

Kecewanya Manusia

Aku yakin, siapa pun yang sedang membaca ini sekarang, pernah dikecewakan atau merasa kecewa terhadap sesuatu. Pun denganku. Tak ada manusia yang hidup, tapi tak pernah kecewa. Karena kecewa itu hal yang lumrah. Wajar untuk terjadi. Pernah melihat anak kecil yang menangis karena balon gas berbentuk kartun miliknya terbang mengudara karena batu tumpuannya lepas? Lalu anak itu menangis dengan jari menunjuk ke angkasa, tempat balonnya lepas. Atau mungkin, pernah melihat seorang ayah yang sedang menenangkan putranya karena permen lollipop milik anak itu jatuh ke tanah? Mereka, anak-anak itu, juga sedang kecewa bukan? Sayangnya, semakin bertambah usia, rasa kecewa yang hadir tidak hanya sebatas balon yang lepas atau permen yang jatuh. Tidak sesederhana itu, tidak semudah itu untuk disembuhkan. Semua menjadi semakin rumit, dan itu semua berawal dari ekspetasi kita yang terlalu tinggi tetapi realita yang hadir jauh dari yang kita inginkan. Itu lumrah juga. Manusia memang sela...

Ampuni Aku Karena Fakir Syukur

Sudahkah bersyukur hari ini? Nampaknya, hanya pertanyaan sederhana. Padahal, tidak. Aku dari dulu ingin menuliskan ini, cuma belum sempat saja. Jadi cuma jadi draft di kepala, hehe. Beberapa hari lalu, sepulang sekolah, kira-kira mendekati pukul enam, saya bertemu dengan beberapa orang yang menohok saya agar selalu bersyukur. Di senja yang seharusnya dihabiskan dengan meminum secangkir teh tanpa gula, banyak orang yang masih harus bekerja demi rupiah yang akan ditukar dengan sembako. Ada bapak penjual koran yang (maaf) kakinya tidak berjalan dengan baik, ia masih berdiri dengan setumpuk koran di dekat lampu merah. Hati saya mencelos. "Ya Allah, kenapa aku yang punya kaki normal, makan terjamin, kadang lupa bersyukur?" Ada bapak penjual siomay yang harus menuntun sepedanya di tanjakan meskipun adzan maghrib sudah berkumandang.  "Ya Allah, aku yang setiap hari bisa makan ini itu sesukaku tanpa harus bekerja keras, kenapa aku kadang lupa bersyukur?" ...

Rindu dan Hujan

Jika rindu bisa seperti hujan, Ia pasti tidak akan terlalu menyesakkan. Karena ia bisa jatuh ke bumi. Turun dengan begitu anggun dan dinantikan. Jika rindu bisa seperti hujan, Ia pasti akan mudah lenyap. Jatuh meresap ke tanah, lalu menumbuhkan bunga di sudut kota. Tapi nanti dia akan kembali, kan? Jika rindu bisa seperti hujan, Pasti semuanya akan terasa tenang. Ia akan mengalir menuju muaranya, Lalu pulang ke tempat yang selayaknya. Tapi aku lupa, jika rindu seperti hujan, Ia akan datang dan pergi seenaknya, kan? Rini Khoirotun Nisa Yogyakarta, 1 Mei 2018.

Menyayangi Seseorang

Aku menyayangi seseorang dari balik layar, Menyapanya hanya lewat aksara di buku rahasia, Mengiriminya salam lewat Tuhan di sepertiga malam, Namanya kusebut lirih di antara doa-doa yang mengangkasa. Aku menyayangi seseorang, ia laki-laki baik, Pemilik senyum termanis dalam dimensiku, Alasan kenapa rinduku selalu ingin bermuara, Iya, dia di sana. Aku menyayangi seseorang, Lewat puisi yang kukirim ke surat kabar, Lewat setumpuk prosa dan tulisan indah lainnya, Padahal aku tahu, dia belum tentu membaca. Aku lalu sadar, bahwa aku terlalu menyayangi seseorang, Ia yang selalu kucari di keramaian, Di dalam bus kota, atau hiruk pikuk jalanan Jogja, Di tengah jalan sepi, atau mungkin di antara jamaah pengajian. Padahal aku tahu, Dia tidak akan ada di sana. Rini Khoirotun Nisa Yogyakarta, 1 Mei 2018.

Sebaik-baiknya Perempuan

Allah begitu menyayangimu hingga Dia menciptakanmu menjadi seorang perempuan. Pernah berpikir demikian? Aku pernah. Selepas sholat subuh tadi, aku menyadari hal ini. Kita diciptakan menjadi seorang perempuan dengan alasan yang luar biasa. Alasan yang (mungkin) kadang tidak pernah kita pikirkan. Dan di detik ketika aku menyadarinya, aku kembali paham bahwa Allah memang benar telah mengatur segalanya dengan sangat luar biasa. Bahwa perempuan adalah mahkota. Yang akan dibanggakan kedua orang tuanya. Yang harus dijunjung tinggi kehormatannya. Yang harus dijaga segenap dan sepenuh jiwa. Bahwa perempuan adalah rumah. Tempat paling nyaman untuk pulang dan berbagi keluh kesah. Tempat suaminya pulang dan bertukar pikiran. Tempat anaknya belajar memaknai hidup untuk kali pertama. Pernah bertanya mengapa Allah menciptakan hati perempuan lebih rapuh? Karena Allah kelak akan mengirim seseorang untuk menjaga hati itu. Ia akan mengirim seorang laki-laki yang akan menem...